Di Keluarga besar saya di Indramayu sana, buat Nenek dan Ibu saya menjadi Ibu RT bukanlah pilihan..tetapi terpaksa, gak ada pilihan...suka tidak suka, ujung-ujungnya ke dapur juga. ini dikarenakan tingkat pendidikan yang hanya sampai bangku sekolah dasar, tidak punya keahlian lain, membuat kemampuan finansial nol besar dan akhirnya bergantung sepenuhnya kepada suami...jadi seperti yang sudah-sudah akhirnya ya sudahlah... Perempuan ya jadi Istri dan tinggal di rumah.
Karena tingkat ketergantungan yang demikian tinggi ini, pada beebrapa kasus ya... membuat para suami menjadi diatas angin, kadang kala berlaku seenaknya..dalam hal ini kawin lagi dan meninggalkan ibu RT bingung mengurus anak-anak yang ditinggal begitu saja tanpa tangung jawab ekonomi..apa yang terjadi para Ibu-Ibu RT yang gelisah ini mencari2 pekerjaan dengan panik, pergi beramai-ramai ke negeri entah berantah untuk sekedar mencari makan, yang tidak beruntung jatuh ke lembah perdagangan manusia... Tragis... kemiskinan membuat martabat manusia menjadi rendah dan hidup sekedar untuk bertahan, mengubur semua potensi.
Bersyukur sekali saya lahir dikeluarga yang bisa menyekolahkan sampai perguruan tinggi kami berempat, 3 perempuan dan 1 laki-laki, satu menjadi insyinyur, satu menjadi kepala sekolah, satu pengusaha suskes dan satu (saya) jadi ...Ibu Rumah Tangga ;) hehehe kok..hanya ibu RT? gak sayang? sebelum memutuskan ini tentunya saya mengalami proses yang panjang, sebetulnya saya ini seorang yang suka berkelana, tak begitu memperhatikan yang lain hanya diri sendiri, apa yang saya mau saat itu saya harus dapat, mudah berganti pekerjaan, suka jalan-jalan keluyuran...dan pernah juga berlebaran sendiri tidak pulang ke rumah orang tua. egois bangeeeet ya
Saat saya mendarat di jakarta saya dipertemukan dengan jodoh saya, segera setelah menikah saya langsung hamil dan di saat itu lah mata saya mulai terbuka, dulu hal tentang mengurus anak boro-boro jadi perhatian...jauhhh! Emang Gue Pikirin. saya mulai memperhatikan bahwa mendidik anak di kota besar, sudah otomatis menjadi tugas orang lain. ya...realistis sih, kebutuhan RT sedemikian tinggi, biaya sekolah (internasional) melambung, sekarang orang tidak puas liburan ke Taman Safari saja, tapi maunya ke Orchard atau Phuket..jadi wajar gak mungkin hanya bisa dipenuhi oleh suami saja, istri juga harus bekerja di luar rumah, anak dititipkan ke pengasuh atau neneknya bagi yang beruntung masih tinggal bersama orang tua.
hmmm hal itu menjadi pemikiran serius dalam kepala dan hati saya, maklum saya kan gak pernah mikir…pasti action duluan baru mikir belakangan hehe…tapi sekarang udah mau jadi ibu, harus mikir rencana masa depan, di Jakarta saya kan hanya berdua dengan suami, timbul pertanyaan:
apakah saya sanggup bekerja di luar meninggalkan anak saya?
apakah saya sanggup nanti menitipkan anak saya kepada pengasuh yang saya ambil dari yayasan, tidak kenal asal dan sifat2nya?
apakah nanti saya mau anak saya diajari berbicara dan bersikap baik oleh seseorang yang pendidikannya jauh dibawah saya?
apakah nanti saya tega meninggalkan anak saya diawasi oleh anak yang lebih suka smsan dan nonton sinetron?
apakah mampu pengasuh menjawab pertanyaan2 kritis anak saya?
apakah mampu saya menghindarkan anak saya dari pengaruh buruk dari lingkungan?
semua pertanyaan itu sunguh mengerikan, semua jawabannya tidak saya tidak mampu...
saya pun berdiskusi dengan suami, saya sampaikan ingin berhenti bekerja dan menjadi Ibu RT saja, saya khawatir kalau saya bekerja di luar rumah, saya tidak akan sanggup mencetak anak yang berkualitas, minimal seperti ayahnya. agak terkejut suami dengan pilihan ini, karena dari track record kehidupan saya sebelumnya dikiranya saya bukanlah tipe seperti itu, lalu suami saya bertanya tentang rencana saya kedepan? Sebagai ibu, saya punya tanggung jawab yang berat dalam mendidik anak-anak dan mengurus rumah tangga, tapi juga tidak mau diam, tidak melakukan apa-apa, saya tetap harus punya penghasilan yang bisa diandalkan jika sesuatu terjadi menimpa diri suami saya.
saya bilang saya ingin usaha saja, tetap memegang kendali di rumah dan mempekerjakan orang2 disekitar rumah...idealnya. awalnya yang terfikir adalah usaha online, jual produk yang gak ada di disini dengan memanfaatkan jaringan di luar negeri. Ok kata suami saya, kalau memang begitu, tapi sementara usaha dimulai, pendapatan kita hanya setengah dari biasanya ya..kita harus pintar kelolanya...dan gak akan mampu liburan ke luar negeri..hehehe Ok ayah! Rejeki gak akan salah, dia akan datang bagi yang berusaha menjemputnya. saya juga berjanji pada suami, dengan usaha ini,malah saya yang akan membawanya jalan2 ke luar negeri..soalnya suami belum pernah sekalipun keluar negeri hehe.
Alhamdulillah 2 tahun ini dengan tekad yang kuat bisnis online shop saya Toko Barang IKEA lumayan berhasil, dan benar saya sudah bisa mengajak suami dan anak saya pergi ke Singapore (hehe deket sih tapi kan luar negeri juga) untuk bisnis trip,hmm tapi maaf ya ayah..bukan jalan-jalan sih hehe tapi bantu angkut-angkut barang.
Proyek selanjutnya membantu usaha suami membuka laundry kiloan, supaya sekaligus cita-cita memperkerjakan orang-orang sekitar rumah terwujud, Alhamdulillah kami sudah punya 4 karyawan berasal dari sekitar rumah saja, keuntungan financial dapat, kepuasan bathin juga dapat.
Tidak puas dengan dua usaha diatas, saya mencari lagi usaha yang masih bisa dilakukan di rumah, saya ingin sekali otak tidak hanya dipakai melulu mencari uang, tapi juga mengembangkan diri dengan mengikuti banyak training, berdiskusi dengan banyak orang yang punya minat yang sama, dan menambah jaringan, tapi tetap saya tidak ingin jauh dari anak saya, maka saya ikut jaringan ibu-ibu di dBC Network, yang membernya dari beragam profesi, dari ibu-ibu RT kaya saya, dokter, guru, karyawan kantor dan sebagainya, perkumpulan lintas bidang ini menambah wawasan dan yang terpenting penghasilan, banyak sekali yang telah berhasil di dBC Network. Semua itu cukup dilakukan depan laptop, cukup online saja. Saya optimis akan bisa berhasil disini. Mudah2an dari dBC Network, saya bisa juga mengajak suami jalan-jalan beneran ke luar negeri 2x setahun, gratis.
Sekarang ibu saya mulai sakit2an dan menurun kondisinya, tapi jangan khawatir bu, saya yang akan antar berobat, saya yang pastikan ibu minum obat, dan makan yang benar..supaya lekas sembuh dan kembali ceria seperti sedia kala, maafkan saya dulu selalu pergi mencari-cari jawaban…sekarang saya sudah menemukan jawabannya disini, di rumah!
Jadi berbeda dengan nenek dan ibu saya, saya memilih untuk jadi Ibu rumah tangga, supaya bisa mengurus suami, anak, ibu dan sekaligus mandiri secara financial...dan masih ada waktu bikin note hihi. saya tidak khawatir miskin karena selalu ada jalan bagi yang mau berusaha!.
Untuk inspirasi usaha, silakan baca pengalaman dua ibu rumah tangga yang sukses dari rumah saja Nadia Meuthia dan Dini Shanti, melalui dBC Network di www.bundamajubersama.com
yuk bergabung bersama ibu-ibu rumah tangga happy lainnya supaya bisa mandiri secara finansial di sini GABUNG
Teti Umarih
0818823184
www.bundamajubersama.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar